Selasa, 29 Desember 2009

Jangan Pernah Ragu Berkarya


Gadis kecil dengan blus kumal bertambal itu menunduk sedih di bawah pohon pinus. Ia menyeka peluh yang membutir di dahinya, lalu menghela nafas perlahan. Dikeluarkannya sebingkai lukisan 30x30 cm dari balik blus kumalnya, lalu direnunginya dalam-dalam. Itu hasil karyanya dua tahun yang lalu.

Dua tahun yang lalu, ia sadar. Betapa ia telah membuang begitu banyak waktu untuk menunjukkan bahwa ia mampu berkarya. Ingin rasanya ia menangis sambil memukul-mukul tanah, berteriak pada orang-orang akan sesalnya mengenai hal itu. Tapi ia tak melakukannya. Ia tak menangis, karena ia tahu tangis hanya akan memperburuk keadaan.

Sepuluh menit kemudian, ia bangkit. Di simpannya kembali lukisan langit biru dan tujuh warna pelangi itu dibalik blusnya. Sang mentari sudah lebih tinggi kini, namun teriknya tak membuat semangat gadis kecil itu menguap. Sambil sesekali menyeka peluh, ia mengumpulkan ranting-ranting kecil yang jatuh di tanah. Lalu setelah ranting-ranting yang terkumpul sudah cukup banyak, ia merangkainya. Ia menyusun, menyatukan, dan merekatkan ranting-ranting itu hingga membentuk suatu sosok mungil setinggi kira-kira 25 cm. Dan ketika matahari semakin tinggi, tampaklah bahwa sosok dari ranting itu berbentuk seorang gadis yang tengah memainkan seruling.

Ia menatap puas hasil karyanya yang berdiri sederhana di atas tanah. Ketika ia mengalihkan wajah dari gadis pemain seruling itu, seorang kakek tengah memperhatikannya. Lalu sepasang suami-istri pun menghampirinya karena tertarik pada sosok mungil dari ranting kayu itu. Lalu tiga orang anak kecil. Lalu seorang pria tegap yang menggunakan setelan jas cokelat dan sepatu hitam mengkilap. Pria itu ternganga kagum atas hasil karya gadis kecil berblus kumal.

"Nak, apakah kau yang membuatnya?" tanya pria tegap itu sambil menunjuk hasil karya sederhana di depannya.

Si gadis kecil mengangguk, lalu perlahan mengeluarkan lukisan langit dan pelanginya dari balik blusnya. Mata pria tegap itu membulat.

"Lu... Luar biasa! Karyamu... karyamu ini dapat masuk museum, Nak! Apakah kau mau membawanya ke sana? Aku akan mengantarmu!" ujar pria tegap berjas cokelat.

Lagi-lagi, si gadis kecil mengangguk. Maka bubarlah kerumunan di sekelilingnya, ketika pria tegap itu menggandeng dan membawanya ke museum.

Dalam perjalanan, si gadis kecil itu tersenyum. Ia puas dapat menghasilkan dua buah karya luar biasa. Namun ia juga sedikit kecewa dan menyesal... jiwa seninya baru bangkit setelah dua tahun lamanya! Ia pun mencamkan satu kalimat dalam hatinya..., "Jangan pernah ragu berkarya..."

Senin, 28 Desember 2009

Bohong 'tuk Melindungi

Bahkan aku masih mecoba tersenyum ketika tahu kau telah mengkhianatiku di masa lalu.
Dan aku berusaha menarik nafas setenang mungkin agar kau tak mengetahui gejolak hebat dalam dadaku.

Di balik tegak bahumu, kuyakin ada satu sisi kepengecutan yang kau sembunyikan.
Kau hanyalah seseorang yang takut menghadapi kenyataan.

Kini senyumku berubah menjadi gurat getir kekhawatiran.
Aku tahu kau telah mengkhianatiku, namun sama sekali tak kusangka bahwa kau melakukannya untuk menghindarkanku dari goresan luka.

Andai kau bukanlah seorang pengecut, mungkin aku dapat dengan mudah memaafkanmu. Namun sayang, kau tak punya keberanian 'tuk akui kesalahanmu, jadi kupikir lebih baik semuanya tetap begini.

Memang lebih baik jika keadaan tak berubah dengan kebohongan dan pengkhianatan yang kausembunyikan itu... Aku terpaksa mengubur kesal dalam hatiku.

Kamis, 29 Oktober 2009

Merayu Sepi


Sepi itu bisu, bisu itu pertanda sepi datang mengisi ruang kosong di antara jarak dan waktu. Ada orang yang tidak suka akan kedatangan sepi, namun tak sedikit yang juga memerlukan sepi. Jujur, aku tidak suka kesepian, namun terkadang aku pun perlu sendiri hanya berteman sepi.

Pernah terpikir di benakku untuk mengajak sepi bercengkrama. Bercanda dan saling bercerita, berbagi ceria bersama sepi. Namun sepertinya kurang menyenangkan. Seperti yang telah kukatakan tadi, sepi itu bisu. Kalau begitu, mana bisa diajak bicara? Bercanda? Bercerita?

Yah, kurasa kini tinggal harap saja sepi itu datang tepat pada waktunya. Ketika aku perlu sendiri, maka aku tak akan menyalahkan kehadiran sepi. Namun aku akan menyesal jikalau sepi datang ketika diri ini sedang merindukan suasana meriah yang ingar-bingar. Merayu sepi memang tidak mudah... Andai sepi bisa bicara.

Minggu, 13 September 2009

Matematika Itu Indah


"Jika Anda dapat membedakan antara sapi dan kerbau, maka matematika itu indah."

Demikian kata guruku selalu, jika seorang di antara kami, para siswa, melakukan kesalahan dalam menjawab soal yang diberikan karena kurang teliti (kuharap pembaca mengerti maksudnya).

Entah mengapa, kini tiap kali guru matematika memasuki kelasku, perasaan tegang langsung merayapi sekujur tubuhku. Padahal beliau, guru pengampu mapel matematika itu baik, suka bercanda, namun juga sangat tegas dalam menangani siswa yang pemalas dan kelewat bandel.

Aku tahu matematika itu menyenangkan, aku juga suka mempelajarinya. Tapi kenapa ya, sekarang aku jadi merasa yang paling bodoh di kelas dalam pelajaran yang satu ini? Padahal di rumah aku tak pernah lupa untuk selalu mengulang pelajaran yang bru diberikan di sekolah. (Tidak bermaksud sombong, lho.)

Ya Allah... Mudahkanlah aku dalam memahami pelajaran di sekolah, terutama matematika...
Karena aku percaya 'matematika itu indah'..., tolong bantu aku 'tuk memahami keindahan itu sehingga dapat kunikmati, Ya Allah... (Terimakasih sebelum dan sesudahnya.)

Jumat, 11 September 2009

Buku Paling Bermutu


Saat ini aku ingin bagikan pendapatku, atau paling tidak perasaanku terhadap satu buku paling menakjubkan yang pernah kubaca. Judulnya Al-Qur'an.

Sampulnya berikan kesejukan kala ku melihatnya, judulnya berikan keteduhan ketika ku mengejanya. Dan rasa bahagia menyeruak segera kala kubaca isinya.

Sebulan terakhir ini, selalu kuluangkan waktuku untuk menikmati rangkaian huruf hijaiyyah dalam kitab itu. Terus terang, aku hanya tahu sebagian kecil makna dari segala bacaannya, namun aku selalu berusaha memahami artinya. Terkadang kusempatkan membaca terjemahannya, yang tertera pada kitab lain (namun tulisannya kecil-kecil, sehingga seringkali aku kesulitan membaca). Tak apa, demi buku yang paling bermutu menurut pandanganku.

Ramadhan ini, dalam sehari aku bisa membaca sampai tiga kali, sehabis sahur, setelah sholat dhuhur dan sepulang tarawih. Dan setiap satu kali baca, bisa habis satu surat! Ah, gitu saja kok bangga. Tentu banyak yang lebih hebat dariku.

Aku ingin cepat-cepat khatam Al-Qur'an... Sampai usiaku 12 tahun ini, aku baru sampai di juz 25. Padahal adik-adik kelasku di SD ada yang sudah khatam di usia mereka yang sangat muda! Iri deh... Makanya aku mau ngebut nih... Bukan hanya sekadar untuk menamatkan Al-Qur'an, namun lebih kepada kewajiban sebagai muslimah dan pahala yang akan diberikan-Nya... Jadi, kumohon do'anya, ya...

Rabu, 02 September 2009

My First Award

Makasih lho atas award-nya. Sementara ini saya mewakili Sekar, karena dia masih belum sempat online dan sepertinya bakal sedikit bingung karena baru pertama kali dapat award.


Nanti, kalau dia sudah sempat online, mungkin tulisan ini akan ditambah atau dieditnya sendiri.

~ ~ ~ ^___^ ~ ~ ~
Kyaaaaa . . . ! Dapat award ? (Apaan, tuh ?) Terus terang aku bingung, heran, bercampur girang. Haha. Seru juga nih, ada award segala. Dan Mbak Aie memilihku buat nerima salah satu award ini ? ? ? (Ah, kesannya ke-GR-an) Award-nya udah kubagi-bagi tuh . . . -- Ini yang nulis asli Sekar, hehehe . . . Makasih Tante Retno udah bantuin urus ini . . . --


The person who tagged you: mbak Aie
His/her site's title and url: C.H.O.C.O.L.I.F.E
url: http://aiedja.blogspot.com
Date when you were tagged: September 2, 2009
Persons you tagged: Tante Retno, Tante Astri, Om Iqbal, Mbak Iwied, Om Denny, Fanny , Tante Kiki.

xoxo
-E-

Jumat, 28 Agustus 2009

Saat Tarawih (Ibu Ada di Sampingku)


Perasaan ini mendera hatiku, beberapa malam yang lalu. Saat Imam shalat tarawih melafalkan takbiratul ihram, sosok ibu terbayang jelas di mataku. Seakan mendukung kerinduanku, bergolak rasa hatiku, ketika terlintas pikiran; andai makmum di sampingku ini ibu.

Ah, tentu mustahil. Di sebelah kananku ada Tya dan Naya, mencoba shalat se-khusyu' mungkin. sedang di kananku berdiri seorang nenek yang menemani cucu kesayangannya. Aku tak tahu ibu ada di mana. Aku tak tahu apakah ibu juga berpuasa, atau mendirikan shalat tarawih pula di alam sana.

Setetes air mata sempat bergulir di pipiku. Hanya itu. Seiring do'a sang Imam yang ku-Amini, ketenangan mulai menghampiri hatiku. Do'aku tak akan pernah lupa kusampaikan untukmu, Bu. Tenang saja.

Selamat puasa, Bu, jika ibu juga melakukannya. Berbukalah dengan makanan nikmat dari Allah. Mohon maaf lahir batin, Bu, Sekar punya banyak kesalahan. Kalau ibu juga tarawih, mampirlah ke tarawihan di kampung. Akan kugelarkan sajadah hijau ibu di sampingku. Ah, aku rindu sekali saat-saat seperti itu.

Rabu, 19 Agustus 2009

17-an di Gunungkidul!


Ini jadi pengalamanku yang enggak kebayang sebelumnya, bahwa hari ultah Indonesia tercinta ini kulewati di Ponjong, Gunungkidul, bareng bapak, Tya dan Naya. Bapak selalu pintar bikin rencana seru!

Jadi, sebenernya tuh mau jalan-jalan gitu ke Gunungkidul, explore Gua Gremeng, hari Minggu-nya, tanggal 16 Agustus. Eeh, malah berangkatnya aja kesorean (jam 17.00 baru berangkat!) ya jelas harus nginep di sana deh...!

Sebenernya tanggal 17 itu, aku harus ikut upacara di sekolah... tapi kepalang udah sampai Gunungkidul, akhirnya ambil ijin deh. Hehehe... (ide bapak, tapi aku dukung juga sih).

Pagi hari tanggal 17 itu, di sepanjang jalan pedesaan kulihat banyak anak-anak dan kakak-kakak SMP-SMA pake seragam komplit menuju ke lapangan... buat upacara (tentu aja). Sayang aku nggak bisa ikutan, kan enggak bawa seragam.

Yah, seneng deh bisa ngerasain suasana beda 17-an di kota laen. Udah gitu, sore harinya bapak bikin flaying fox seru di depan mulut Gua Gremeng, bikin aku, Tya, Naya dan anak-anak desa do Ponjong bersorak girang! Habis itu udah pasti bapak langsung ngajak explore Gua Gremeng, tapi cuma sampai tempat di mana banyak ornamen uniknya. Puas deh!

Yap, satu lagi tambah pengalamanku yang nice and fun. I'll remember it forever...

Kamis, 13 Agustus 2009

I REALLY HAVE A NICE LIFE!


If you ask me about my life,
I'll answer with: I REALLY HAVE A NICE LIFE!

Sometimes I want to tell you about it,
and I want to share it with somebody I know...

Punya banyak teman yang menyenangkan membuatku merasa sangat bersyukur...
Punya keluarga yang selalu memperhatikanku membuatku merasa hidup ini penuh arti...
dan punya cita-cita untuk kujadikan pemacu semangat, membuatku benar-benar menganggap:

Hidup akan terasa sangat menyenangkan pada satu waktu,
apabila dibarengi dengan rasa syukur kepada Yang Kuasa!

Rasa syukur inilah yang sedang penuhi rongga dadaku kini,
dan aku ingin membaginya dengan semua orang...

Maka pupuklah rasa syukur itu dan peliharalah ia baik-baik;
hingga satu saat nanti kau temukan kebahagiaan dalam hidupmu :)

Salam bahagia!

Kamis, 06 Agustus 2009

Enggan Berkata-kata


Pandangan mata tajammu seakan menembus kepalaku
seolah kau hendak berkomentar
tentang lidahku yang sejenak kelu
aku sedang tak ingin bagi kata-kataku.

Terserah kau mau bilang apa!
bahkan belum puas kau lucuti aku dengan pandanganmu
maka akan semakin rapat kukatupkan bibirku
sudah kubilang,
aku sedang pelit bicara hari ini.

Mungkin tarikan nafas panjang bisa
akhiri ketegangan di antara kita
sebab kutahu, bukan dengan kata-kata
ku dapat cairkan kebekuanmu.
Kuyakin sedang tak ada yang perlu
dengar apapun dari mulutku.

Kuucapkan terimakasih kepada
yang telah ijinkan aku
untuk merasa sekadar
enggan berkata-kata.

Sabtu, 25 Juli 2009

MISS YOU


Pagi.
Aku duduk di bangku kelas,
sepi.
Aku merasa ada yang kurang hari ini.

Siang.
Lelah jemari ini menggenggam pena.
Ingin kulepas sejenak dahaga
...lewat butir kasih sayangmu yang lama tak kurasa.
Aku merindu orang yang melekat di hati.

Ah,
belum genap empat belas hari aku berpisah dari sekolah dasarku...
tak mengerti megapa getar rindu tiba-tiba datang menghampiriku...

I MISS YOU, MY SPECIAL TEACHER !

Untuk teman sekelasku yang mengalami nasib serupa... Mari kita poskan do'a untuk guru tercinta kita...

Rabu, 08 Juli 2009

New School


Waah... rasanya nggak terasa sudah 6 tahun sejak Echa masuk SD... Sekarang Echa sudah lulus dan akan masuk SMP... (pendaftaran SMP 6-7 Juli) Echa memutuskan untuk daftar di SMP Negeri 2 aja yang dekat dengan rumah Echa... Tanggal 6 Juli kemarin pun Echa dan bapak berangkat pagi-pagi ke SMPN 2 biar dapat urutan awal, hehehe... Setelah antre dengan nomor urut 9, lalu ambil formulir sambil menunjukkan surat-surat seperti ijazah, SKTB, bahkan Kartu Keluarga sebagai syarat pendaftaran, mengisinya dengan teliti dan mengambalikan formulir pedaftaran, aku dan bapak pun pulang dengan perasaan lega. Bapak benar-benar berharap aku diterima di SMP itu (aku pun juga begitu).

Selama dua hari setelah itu, Echa selalu memantau internet untuk memastikan posisi Echa di SMPN 2 aman atau enggak. Dan Alhamdulillah, Echa bertahan di posisi keempat hingga akhir waktu pendaftaran di hari kedua ditutup. Dengan demikian, Insya Allah Echa diterima di SMPN 2.

Ada beberapa teman Echa dari SD Muhammadiyah Kauman yang satu SMP dengan Echa. Tetapi ... meski begitu Echa tetap kangen sama semua teman-teman Echa. Echa pikir, betapa senangnya kalau Echa dan teman-teman SD Echa bisa berkumpul lagi di SMP yang sama. Tapi, hahahaha... nggak seru dong, kalau gitu! Justru di SMP ini kita akan mendapat teman baru, ide baru, guru baru, suasana baru... dan kita harus memanfaatkan semua itu dengan sebaik-baiknya... Walah kok jadi nyerocos nggak mutu gini..?? Mungkin pikiran Echa sedikit dipengaruhi rasa enggak sabar buat masuk SMP dan cari teman baru :) Hehehe...

Meski begitu, Echa tetep nggak bakal ngelupain SD Echa, guru Echa, smua temen Echa dan kenangan Echa di sana... dan Echa berharap mereka pun nggak akan ngelupain Echa... Aah, kehidupan memang harus terus berjalan dan berganti suasana (biar nggak ngebosenin dan bisa jadi pembelajaran serta pengalaman buat kita)...

Sabtu, 04 Juli 2009

Sugeng Tumbuk Warsa, Eyang Kakung


Tujuh puluh lima tahun yang lalu (dihitung mulai tanggal 3 Juli 2009 kemarin), Eyang Kakung Echa lahir. Eyang Kakung Echa bernama Djoni Soendoro, tinggal di Semarang. Yangkung, Echa ucapkan selamat ulang tahun buat Yangkung. Semoga sehat selalu dan diberi umur yang panjang oleh Allah SWT. Jangan kecapekan, Eyang, makan yang teratur. Sebab kadang-kadang kalau Yangkung sudah asyik beres-beres rumah, makan pun terlupakan.

Di usia Yangkung yang sudah kepala tujuh ini, Beliau masih kuat dan gagah. Badannya tegap, tidak bungkuk. Yangti memang selalu memasak makanan yang sehat dan bergizi untuk dikonsumsi keluarga. Selain itu, Yangkung juga rajin olahraga tiap hari. Alhamdulillah, hingga saat ini pun Beliau masih sehat.

Maaf, Yangkung, Echa dan adik-adik tidak memberi kado apa-apa. Kami do'akan dari Yogya saja, ya, Eyang. Kami minta maaf karena belum bisa mengobati rindu Yangkung dan Yangti, sebab Echa masih sibuk mencari SMP sehingga belum bisa sowan ke Semarang.

Setiap kali Yangkung membaca posting ini, teriring pula salam hangat Echa, Tya dan Naya dari Yogya. Sekali lagi, selamat ulang tahun, Eyang. Semoga Yangkung bahagia, dan jangan lupa sholat dan berdo'a, ya.

Salam sayang dan kangen, Echa.

*Sebenarnya tadinya Echa mau tulis ucapan ini di blog dengan bahasa jawa. Tapi... tidak sempat dan lumayan sesah juga. Hehehe... Maaf ucapannya terlambat sehari, ya, Eyang.

Selasa, 30 Juni 2009

Pemain Gitar Pengantar Tidur


Malam telah larut, kedua adikku sudah dibuai mimpi. Kelopak mataku pun kian berat, membuat diriku terkantuk-kantuk. Akhirnya kurebahkan diri di kasur empuk dan menanti terlelap.

Sayup-sayup telingaku menangkap suara petikan gitar dari jarak yang tidak terlampau jauh. Ah, suara gitar itu sudah biasa mengantarku tidur tiap malam. Kedengarannya seperti 2-3 orang memetik senar-senar gitar yang memanjakan telinga. Nadanya membentuk lagu pop jaman sekarang, ada yang akrab di telingaku, ada pula yang tidak kukenal.

Hm... aku lebih senang mendengar petikan gitarnya daripada suara mereka menyanyi. Ah, bahkan aku tidak tahu siapa para pemetik gitar itu. Sudah cukuplah aku mendengarnya dari jauh saja, hingga aku tenggelam ke dalam lautan mimpi.

Wahai pemetik gitar pengantar tidur (bolehkah kutambahi kata 'misterius'?), terimakasih atas lagu-lagumu yang menidurkanku... (bahkan terkadang jika malam telah larut dan aku hampir terlelap tanpa lagu-lagu dari gitar mereka, rasanya ada yang kurang).

Sebenarnya, para pemetik gitar itu punya niat menghibur, berlatih atau mengganggu, ya? Hehehe, aneh aja kalo selama ini aku sendiri salah mengartikan tujuan petikan gitar mereka.

Ditulis sembari menanti ilham untuk membuat tulisan yang lebih bermakna^_^

Senin, 29 Juni 2009

Suka-duka Bersaudara


Aku terlahir sebagai anak sulung dari tiga bersaudara. Aku punya dua orang adik perempuan yang bisa jadi monster, bisa juga menjelma malaikat kecil yang membuatku tersenyum. Mereka bernama Tya, duduk di kelas 2 SD dan Naya, kelas 1 SD.

Seperti kakak-adik pada umumnya... tentu saja kami sering bertengkar, namun bisa juga rukun dan bermain bersama. Saat ada masalah kecil, tentu saja sebagai kakak aku ingin dapat segera mengatasinya supaya tidak merembet ke masalah yang lebih besar. Tapi bagi Naya, adikku yang paling kecil, membuat onar dan bikin kakaknya marah merupakan pekerjaan rutin. Seolah kalau ia tidak mengganggu kakaknya sehari saja bisa sakit perut luar biasa. (Menyebalkan, memang, tapi dalam menyikapinya perlu tindakan bijaksana, bukan?)

Naya ini paling suka menggoda dan bikin marah Tya. Sepertinya ia baru merasa puas kalau sudah lihat Tya menangis atau berteriak-teriak. Aku jadi sedih melihatnya.

Biasanya, kalau sudah begitu, aku selalu mencoba mengalihkan perhatian keduanya supaya lekas melupakan apa yang telah terjadi... (sayang, ya, Echa enggak bisa menghipnotis, hehe). Kadang-kadang, dengan cara ini aku berhasil mencegah pertengkaran sengit antara Tya dan Naya. Tapi bisa juga habis itu mereka tetep marahan!

Pokoknya, bahaya deh kalau Tya sampai ngamuk. Apa-apa ditendang, dilempar, barang-barang di rumah langsung melayang semua!! Kalau Naya, kupikir enggak separah itu, tapi tingkahnya yang menyebalkan dan bikin jengkel itu lho, yang enggak kusuka!

Hmm... punya saudara memang ada suka-dukanya. Tapi semua itulah yang bikin hidup jadi berwarna. Semua pasti bisa dijalani dan ada hikmahnya... I LOVE MY SISTER...!!!

Sabtu, 27 Juni 2009

Special Letter


Hari Rabu, tanggal 24 Juni 2009 lalu, sekolah Echa mengadakan acara perpisahan dan tutup tahun bagi kami, siswa-siswi kelas enam (sudah Echa ceritakan di beberapa posting sebelumnya).

Pada saat itu, Echa memberikan surat kenang-kenangan untuk ketiga teman dekat Echa: Ara, Fani dan Intan. Echa nggak tahu kalau ternyata hari Jum'at-nya, tanggal 26, masih masuk sekolah untuk mengurus ijazah. Jadi Echa masih ketemu lagi dengan teman-teman Echa. Ara, Fani dan Intan pun memberikan balasan surat mereka.

Sampai di rumah, Echa membaca satu persatu surat dari mereka. Isi surat mereka membuat Echa terharu, hingga akhirnya menangis. Terus terang Echa sedih karena harus berpisah dengan mereka, dan mereka pun mengatakan hal yang sama. Echa benar-benar merasakan betapa pentingnya arti persahabatan, dan saat itulah perasaan khawatir muncul dalam diri Echa.

Bagaimana kalau di SMP nanti Echa tidak punya teman? Echa yakin, pasti sulit menemukan teman-teman yang sebaik Ara, Intan dan Fani. Tapi..., yah, Echa mencoba untuk positive thinking aja. Semua pasti bisa Echa lalui dan ada hikmahnya.

Aah... Echa tidak tahu lagi bagaimana mengakhiri tulisan Echa kali ini. Kalau gitu langsung aja,

Salam sayang (bukan untuk terakhir kali) untuk teman terbaik Echa :)
Echa nggak akan pernah ngelupain kalian. We are best friend 4ever!

Jumat, 26 Juni 2009

Aku Bangga Jadi Teman Mereka


Aku tahu, aku bukan tipe orang yang suka menyendiri, tidak suka bergaul dan bisa melakukan semua hal tanpa bantuan. Karenanya aku ingin punya banyak teman untuk tempatku berbagi. Bagiku, teman adalah salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupanku.

Untuk saat ini, aku bangga punya tiga orang teman dekat yang bisa mengertiku. Semoga tidak keberatan ya, kusebutkan namanya. Sahabatku sejak kelas 2 SD, namanya Ara. Ia pintar menggambar, aku senang berada bersamanya. Ara adalah temanku yang baik hati dan senang membantu sesuai kemampuannya.

Aku merasa cocok berteman dengan Fani, cewek yang suka melucu dan mempunyai banyak kesamaan denganku. Ia bisa memahamiku, dan aku pun mencoba memahaminya. Kami punya jalan pikiran yang rumit dan sulit ditebak, terkadang hanya kami berdua yang bisa saling mengerti. Hahaha, jangan marah ya, Fan.

Intan adalah teman dekatku yang kuat. Secara fisik maupun mental. Ia bisa jadi pelindung yang baik bagi orang yang disayanginya. Aku dan Intan sering bercanda, meski harus diselingi sedikit cubitan, atau saling dorong sebentar. Hehehe.

Kami berempat... menurutku bisa dibilang kompak. Kami (tidak) selalu bersama, tapi kalau bersama ya, heboh gitu deh. Aku merasa cocok dan nyaman bersama mereka, entah perasaan mereka terhadapku. Aku mungkin pernah menyakiti mereka, dan aku ingin minta maaf untuk itu.

Perpisahan sekolah membuatku takut kehilangan mereka. Mereka adalah orang yang sangat berarti bagiku. Yah, kami memang harus berpisah untuk sementara waktu, sebab kami akan melanjutkan sekolah ke SMP yang berbeda. Namun semua kenanganku bersama Ara, Fani dan Intan akan selalu di hatiku.

Aku sayang kalian. Jangan lupakan aku, ya! Begitu pun denganku, aku tak mungkin melupakan kalian. Aku bersyukur bisa berteman dengan kalian. Maafkan segala salahku, ya. Semoga kita bisa bertemu kembali.

Salam sayang, Echa.

Aduh, rasanya kangen banget sama mereka. Echa, jangan nangis... jangan nangis... Kita kan, nggak akan berpisah selamanya!

Bayangan Maut


Kicau burung menyelamatkanku dari gelombang dan arus mimpi yang semalam menyeretku ke dalam lautan bawah sadar. Ketika kuteringat pada bunga tidurku, hatiku terkoyak. Sesuatu telah mencabik kedamaianku.

Mimpi itu mengisahkan kematianku. Ketika maut menjemput, tiada daya aku menolaknya. Sang Izroil pun memisahkan nyawaku dari raganya.
Aku tak mengerti ketika kulihat jasadku terbujur kaku di tempat tidur. Lalu kudengar seseorang mengetuk pintu kamarku dari luar. "Buka saja!" kataku. Namun ketukan pintu itu tidak berhenti, dan kusadari bahwa siapapun tak lagi dapat mendengar suaraku, orang yang sudah tak sealam lagi dengan mereka.

Akhirnya pintu kamarku terbuka. Aku tak mampu melihat ekspresi wajah ayahku. Perih hatiku, ayah menangis meraung memeluk jasadku. Ia tahu bahwa aku telah tiada. Ingin kuberitahu bahwa aku di sini, namun percuma. Tak akan ada yang melihat wujudku, atau mendengar suaraku. Aku sudah mati.

Kedua malaikat memengangiku di sisi kanan dan kiri. Aku sudah tak mampu menangis. Satu demi satu orang-orang pergi meninggalkan gundukan tanah merah tempat jasadku disatukan dengan bumi. Hingga akhirnya tinggal ayahku, bersimpuh sambil sedikit tersedu. Sama sepertiku, kehabisan air mata.

"Ayah, aku di sini. Meski kita tak bisa bersama lagi, tapi aku akan ada untukmu. Aku akan membantumu, aku akan melindungi adik-adik dengan segenap kemampuanku. Jangan bersedih, ayah. Aku tak ingin engkau tenggelam dalam derita. Maafkan aku, ayah, tapi aku harus kembali menghadap Sang Kuasa."

Kedua malaikat membawaku terbang meninggalkan pemakaman. Tak lama, aku sudah berada di ketinggian. Pemakaman hanya terlihat sebagai petak kecil dengan nisan-nisan bertebaran di bawah sana. Aku tak lagi melihat ayah, atau mungkin ia sudah kembali ke rumah.
Aku harus rela pergi menghadap-Nya. Meski meninggalkan pekerjaan bertumpuk bagi ayah, namun aku tak berdaya menghadapi kuasa-Nya. Jangan bersedih, ayah, jangan menangis, adik-adikku. Aku akan selalu di hati kalian.

Sorot mentari yang sudah tinggi kembali membawaku ke alam sadar. Kucubit keras-keras lenganku, lalu berteriak kesakitan. Ayah segera datang, kecemasan terbayang di wajahnya.
"Ayah, aku belum mati, bukan?" tanyaku perlahan.

"Kau ini bicara apa. Kau masih di dunia, belum saatnya kembali pada Yang Maha Esa. Ayo, segeralah bangun, bantu ayah dan awasi adik-adikmu," jawab ayah. Aku tahu banyak tugas menumpuk untuk kukerjakan. Namun saat ini aku tak berniat mengeluh. Aku bersyukur masih punya waktu hidup di dunia, dan aku akan menghabiskannya untuk mengabdi pada keluarga.

Ketika kuteringat pada mimpiku beberapa waktu yang lalu, yang membuatku bersyukur akan setiap hembus nafas yang memperpanjang usia.

Rabu, 24 Juni 2009

PERPISAHAN SEKOLAH


Hari ini, Rabu, 24 Juni 2009, adalah hari bersejarah bagiku. Mulai pukul 08.00 s/d 12.00 siang tadi, digelar acara wisuda, sekalian juga Perpisahan dan Tutup Tahun kelas VI SD Muhammadiyah Kauman yang bertempat di Gedung SMKI Yogyakarta. (Lagi-lagi), Echa ditunjuk sebagai wakil wisudawan-wisudawati untuk menyampaikan sambutan singkat. Bangga bercampur deg-degan rasanya:D

Waktu salam-salaman dengan guru, Echa sangat terharu, bahkan hampir nangis. Untunglah cengengnya lagi enggak kambuh. Tapi bener, lho, acara ini benar-benar menyentuh. Rasanya kayak nggak bakal ketemu lagi sampai kapan pun. Padahal kan, rumah Echa deket sama SD, jadi bisa ngunjungi sekolah plus ketemu guru kalo ada waktu luang.

Setelah acara selesai, Echa dan teman-teman Echa menyempatkan diri berfoto bersama. Ini akan jadi kenangan indah dan tak akan terlupa bagi kami. Yah, kita memang harus berpisah untuk sementara waktu, sebab kita akan melanjutkan sekolah ke SMP yang berbeda-beda.

Namun semua itu kan, demi masa depan cerah dan untuk menggapai cita-cita kita. Suatu saat nanti, Echa berharap kita dapat berkumpul kembali. Lagipula kan, ada buku kenang-kenangan yang mencantumkan alamat dan nomor telepon selurus siswa kelas VI. Jadi tetap bisa komunikasi.

Sedih sih emang sedih... tapi kita nggak boleh berlarut-larut dalam kesedihan itu, kan?? Kita harus kembali menjalani kehidupan kita, biar nggak jalan ditempat alias mogok... hehehe, kok jadi nggak nyambung.

GOOD BYE ALL, DON'T 4GET ME, BE THE BEST 4EVER AND GOOD LUCK WHEREVER!!

Sabtu, 20 Juni 2009

Hasil UASBN


Alhamdulillah, Ya Allah...
Kau buat senyum bapakku mengembang
kala menghadiri pengumuman
kelulusanku di sekolah siang ini...

Alhamdulillah, Ya Allah...
Berkat usahaku selama ini,
aku berhasil meraih NEM 28,65
dan menduduki peringkat 3
di sekolahku...

Alhamdulillah, Ya Allah...
Engkau masih menurunkan perasaan
syukur kepadaku,
sehingga aku terhindar dari
sifat kufur nikmat yang Kau benci...

Alhamdulillah, Ya Allah!

*Ini sekedar puisi asal-jadi-ku, hehehe :)
Hanya ini yang dapat menginspirasiku
untuk posting di blog :)
Jadi agak amburadul nih :D

Sabtu, 03 Januari 2009

Liburan Akhir Tahun

Halo....
Sekarang lagi liburan sekitar tahun baru, kan, temen-temen?
Sama bapak, Echa udah diajak ke Pantai Siung & Wediombo, lho....
Seperti biasa naik honda pitung punya bapak, tapi kali ini tambah satu orang lagi, Tante Igo.
Bisa bayangin nggak, lima orang naik motor dari Yogya ke gunung Kidul???
Hehehe... ternyata seru juga, lho...
Apalagi waktu lagi musim hujan gini, di Gunung Kidul terlihat hijauuuuuuuuu semua.
hati ini turut terasa segar dan sejuk, deh...
Di Pantai Siung, gara-gara makan ikan laut, aku jadi alergi, di wajah, tangan dan kakiku muncul bentol-bentol merah yang rasanya gatel... Tapi nggak papa, lama-lama juga sembuh.
Setelah ke Pantai Siung yang terkenal dengan panjat tebingnya itu, kami langsung ke Wediombo. Di sana, aku sempat kenalan sama sepasang anak kembar, namanya Resa dan Risa. Nah, niatnya sih sore itu mau langsung pulang ke Yogya, tapi gara-gara hujan, akhirnya kami menginap dulu di rumah sederhana Mbah Tadi... Mbah Tadi tuh baek banget, lho, Naya sampe dikasih permen segala. Hehehe... yang udah ompong jadi tambah ompong dweh :)
Paginya, hari Selasa kami pun pulang ke Yogya. Seru, deh.......
Pinginnya sih cerita semuanya ke temen-temen langsung, tapi karena nggak mungkin, Echa tulis aja di sini. Kapan-kapan Echa sambung lagi, ya, byeeee........... :)

;;