Sabtu, 26 Januari 2008

Jangan Sedih

Tante senang sekali baca puisi-puisi Echa yang dikirim Bapak terakhir. Banyak kemajuannya. Seperti baca puisi yang dibikin orang dewasa...

Tante harap Echa nggak berhenti latihan, supaya kita bisa segera punya bahan untuk bikin buku kumpulan puisi.

Kalau ada yang nggak ngerti, Echa bisa sms tante kapan aja. Atau minta Bapak supaya mau nganter Echa ke warnet biar kita bisa online di Yahoo Messenger.

Jangan sedih kalau ada acara lomba yang Echa harus hadiri sendiri, atau cuma ditunggui Ibu Guru atau Bapak.
Echa harus jadi anak yang kuat...
Lagipula Tante bukannya nggak ikut melihat dari sini. Melihatnya pakai hati :)
Kan Bapak juga suka kasih tau Tante kalo Echa sedang ikut kegiatan atau lomba...

Nanti kalo kita ketemu, Tante mau ajarin Echa lebih banyak lagi.
Nggak sabar ya nunggu bulan Maret :)

Rabu, 23 Januari 2008

Indah

Aku tahu,
semua membisu
Ketika diri-Mu terus lemparkan pandangan mata
Yang tak henti tebarkan rindu
Di sela kekosongan yang menerpa

Aku tahu,
Semua ada batasnya
Namun Surga-Mu
Yang menanti di akhirat sana
Selalu menyiratkan keindahan yang tiada duanya
Selalu hamparkan panorama indah yang menyejukkan hati
Hati semua yang ingin menikmatinya
Esok, tatkala kami telah lulus ujian yang Kau berikan
Kan kami songsong Surga-Mu yang dengan penuh rindu

Tuhanku,
Sudilah Engkau berbagi keindahan Surga
Pada kami yang hampa ?
Terimakasih


-07.01.2008-

Selasa, 22 Januari 2008

Gugus Bintang

Gugus bintang tengah malam
yang muncul tanpa perhatian
seluruh insan
hanyut terbawa derasnya arus mimpi
dan . . .

Gugus bintang
mulai pudar satu persatu – satu
dari dalam hatiku
karena
akupun terseret derasnya arus mimpi
dalam deraan tengah malam

Gugus bintang yang tinggal satu kerlipan
melambai padaku
dari balik tirai
yang masih menganga
mengharap perhatian

-16.01.2008-

Senin, 21 Januari 2008

Pelangi

Warnamu yang indah itu
Selalu lekat tak terurai dalam hatiku

Pesonamu yang kemilau
Jadikan aku terkesan tatkala memandangmu

Engkau muncul
Diantara cerahnya rona mentari
Serta butir air hujan
Yang tinggal satu-satu

Selaksa warna-warna abadi
Yang datang tuk menghiasi
Langit yang masih separuh kelabu

Asli serta murni
Itulah gambaranku
Bagi kau
Yang dicipta oleh Tuhan MahaBisa

Mejikuhibiniu
Itulah warnamu
Merah jingga kuning hijau biru
Serta ungu
Warna favoritku

-07.01.2008-

Minggu, 20 Januari 2008

Batu

Sekeras karang tepi laut
Yang gambarkan kokohnya dirimu
Sedingin lelehan embun
di pucuk daun meruncing
Itulah dirimu yang selalu melekat dalam pikirku

Torehan luka yang menggores
Tak lagi nampak di tubuhmu
Seakan menyatu dengan kulit
Yang berlumur debu

Batu,
Andai kau tak jauh dariku
Kuakan gambarkan dirimu
Lebih dari sekedar
Jelas serta merinci
Meski hanya abadi
dalam tulisan serta bait-bait puisiku

- 06.01.2008 -

Sabtu, 19 Januari 2008

Cerita Tak Kenal Lelah

Ah... nggak tau nih, kok tiba - tiba aku jadi pingin nulis apa aja...
Tapi aku paling pingin menceritakan kekangenanku sama Ibu yang udah sama Allah di Surga. Habisnya... kayaknya semua orang lagi sibuk dengan urusannya masing - masing. jadi nggak ada tempat buat menampung cerita-ceritaku kan?

Ah, padahal sekali membisikkan hal ini pada serumpun bunga saja hatiku udah lega kok... Nggak perlu panggil orang lain.. cukup aku dan Allah yang akan saling bertukar cerita.
Tapi...rasanya kok belum puas yah? Padahal 'kan, Allah adalah segala yang kita butuhkan...

Tapi..jadi teringat ibuku lagi nih... ngomongin siapa yang biasanya nemenin aku ngobrol,yang selalu jadi tempat curhatku.. Wah, pokoknya dulu ibuku adalah fasilitas yang paling komplit yang diberikan Allah untuk melengkapi kehidupanku. Tapi sayang...

Oh ya, ngomong-ngomong tadi aku baru aja ikut lomba baca puisi lho... Tapi belum rejekinya kali, jadi belum dapet juara...Tapi aku nggak kapok kok, kapan - kapan aku bakal ikut lomba lagi...
Eh, tapi aku juga sempet (hampir) nangis lho, teringat peserta lomba yang lain pada didampingi ibunya, sementara aku nggak...
Tapi yah, mau gimana lagi?
Jadi, kalian yang masih punya orang tua yang lengkap harus bersyukur ya, dan jangan lupa, tunjukin bakat dan prestasimu, mumpung beliau-beliau masih ada...

Selasa, 08 Januari 2008

Menjelang Pagi

Suara azan terdengar
Dari surau dan langgar
Subuh telah tiba
Menebar harum embun dan bunga

Kokok ayam jantan bersahut – sahutan
Semilir angin sejuk dan segar
Langit gelap berganti terang
Alangkah indah pemandangan

Duhai anugerah alam
Betapa menakjubkan pergantian malam
Datanglah sinar nan cerah
Matahari menggantikan rembulan

Oleh ika budi rahayu, 2005

Idul Fitri

Pada suatu hari di bulan syawal
Berbondong-bondong orang menuju
tanah lapang
koran-koran pun digelar
sajadah dibentangkan
mukena dikenakan
mulut terbuka
menyebut Yang Kuasa
Pukul delapan
Orang-orang berdiri
Suara takbir terdengar
Tangan diangkat
Kemudian diletakkan di dada
Pada rakaat pertama
Tujuh kali melakukan hal yang sama
Rakaat kedua
Cukup lima kali saja

Yogyakarta, 17 November 2006

Minggu, 06 Januari 2008

Puisi Untuk Sekar


Bangunlah ketika ayam
berseru-seru memanggil dini hari
dan matahari pamer sinar
bukalah jendela lebar-lebar
Hari ini milikmu
esok milikmu, juga masa lalu

Sekar, kau boleh pergi kemana kau mau
Langkahkan kaki dan melompat
di sepanjang nasib yang terbentang
seperti jalan bebas hambatan

Katakan masih ada semangat
kau simpan dalam tasmu
Kau kemas bersama bekal dan bukumu
Jangan pedulikan pemandangan indah di kanan
dan yang buruk di kiri
Melaju seperti pembalap ulung
dan yakin kemenangan di tanganmu

Sekar
adalah semangatmu kau tempa dalam banyak ujian
dan tahun-tahun keengganan
Sekar
adalah obsesimu
pergilah dan raih cakrawala
dari manapun kau harus mulai

-01.01.08-

Selasa, 01 Januari 2008

Anakku Mimpi

Anakku lelap dipeluk guling
matanya mimpi sukmanya berayun
'ayah, darimana kunang kunang kecil datang membawa api
'anakku anakku, bukan panas dia berapi
berbekal hangat ibunya dia menari
'ayah, mau kemana kunang kunang pergi
'anakku, bukan pergi bukan pergi
esok malam bersamamu dia menari
dalam mimpi
Anakku lelap dipeluk guling
menunggu hangat hinggap dimatanya

-Deden Tristiyana-

;;