Selasa, 30 Juni 2009

Pemain Gitar Pengantar Tidur


Malam telah larut, kedua adikku sudah dibuai mimpi. Kelopak mataku pun kian berat, membuat diriku terkantuk-kantuk. Akhirnya kurebahkan diri di kasur empuk dan menanti terlelap.

Sayup-sayup telingaku menangkap suara petikan gitar dari jarak yang tidak terlampau jauh. Ah, suara gitar itu sudah biasa mengantarku tidur tiap malam. Kedengarannya seperti 2-3 orang memetik senar-senar gitar yang memanjakan telinga. Nadanya membentuk lagu pop jaman sekarang, ada yang akrab di telingaku, ada pula yang tidak kukenal.

Hm... aku lebih senang mendengar petikan gitarnya daripada suara mereka menyanyi. Ah, bahkan aku tidak tahu siapa para pemetik gitar itu. Sudah cukuplah aku mendengarnya dari jauh saja, hingga aku tenggelam ke dalam lautan mimpi.

Wahai pemetik gitar pengantar tidur (bolehkah kutambahi kata 'misterius'?), terimakasih atas lagu-lagumu yang menidurkanku... (bahkan terkadang jika malam telah larut dan aku hampir terlelap tanpa lagu-lagu dari gitar mereka, rasanya ada yang kurang).

Sebenarnya, para pemetik gitar itu punya niat menghibur, berlatih atau mengganggu, ya? Hehehe, aneh aja kalo selama ini aku sendiri salah mengartikan tujuan petikan gitar mereka.

Ditulis sembari menanti ilham untuk membuat tulisan yang lebih bermakna^_^

Senin, 29 Juni 2009

Suka-duka Bersaudara


Aku terlahir sebagai anak sulung dari tiga bersaudara. Aku punya dua orang adik perempuan yang bisa jadi monster, bisa juga menjelma malaikat kecil yang membuatku tersenyum. Mereka bernama Tya, duduk di kelas 2 SD dan Naya, kelas 1 SD.

Seperti kakak-adik pada umumnya... tentu saja kami sering bertengkar, namun bisa juga rukun dan bermain bersama. Saat ada masalah kecil, tentu saja sebagai kakak aku ingin dapat segera mengatasinya supaya tidak merembet ke masalah yang lebih besar. Tapi bagi Naya, adikku yang paling kecil, membuat onar dan bikin kakaknya marah merupakan pekerjaan rutin. Seolah kalau ia tidak mengganggu kakaknya sehari saja bisa sakit perut luar biasa. (Menyebalkan, memang, tapi dalam menyikapinya perlu tindakan bijaksana, bukan?)

Naya ini paling suka menggoda dan bikin marah Tya. Sepertinya ia baru merasa puas kalau sudah lihat Tya menangis atau berteriak-teriak. Aku jadi sedih melihatnya.

Biasanya, kalau sudah begitu, aku selalu mencoba mengalihkan perhatian keduanya supaya lekas melupakan apa yang telah terjadi... (sayang, ya, Echa enggak bisa menghipnotis, hehe). Kadang-kadang, dengan cara ini aku berhasil mencegah pertengkaran sengit antara Tya dan Naya. Tapi bisa juga habis itu mereka tetep marahan!

Pokoknya, bahaya deh kalau Tya sampai ngamuk. Apa-apa ditendang, dilempar, barang-barang di rumah langsung melayang semua!! Kalau Naya, kupikir enggak separah itu, tapi tingkahnya yang menyebalkan dan bikin jengkel itu lho, yang enggak kusuka!

Hmm... punya saudara memang ada suka-dukanya. Tapi semua itulah yang bikin hidup jadi berwarna. Semua pasti bisa dijalani dan ada hikmahnya... I LOVE MY SISTER...!!!

Sabtu, 27 Juni 2009

Special Letter


Hari Rabu, tanggal 24 Juni 2009 lalu, sekolah Echa mengadakan acara perpisahan dan tutup tahun bagi kami, siswa-siswi kelas enam (sudah Echa ceritakan di beberapa posting sebelumnya).

Pada saat itu, Echa memberikan surat kenang-kenangan untuk ketiga teman dekat Echa: Ara, Fani dan Intan. Echa nggak tahu kalau ternyata hari Jum'at-nya, tanggal 26, masih masuk sekolah untuk mengurus ijazah. Jadi Echa masih ketemu lagi dengan teman-teman Echa. Ara, Fani dan Intan pun memberikan balasan surat mereka.

Sampai di rumah, Echa membaca satu persatu surat dari mereka. Isi surat mereka membuat Echa terharu, hingga akhirnya menangis. Terus terang Echa sedih karena harus berpisah dengan mereka, dan mereka pun mengatakan hal yang sama. Echa benar-benar merasakan betapa pentingnya arti persahabatan, dan saat itulah perasaan khawatir muncul dalam diri Echa.

Bagaimana kalau di SMP nanti Echa tidak punya teman? Echa yakin, pasti sulit menemukan teman-teman yang sebaik Ara, Intan dan Fani. Tapi..., yah, Echa mencoba untuk positive thinking aja. Semua pasti bisa Echa lalui dan ada hikmahnya.

Aah... Echa tidak tahu lagi bagaimana mengakhiri tulisan Echa kali ini. Kalau gitu langsung aja,

Salam sayang (bukan untuk terakhir kali) untuk teman terbaik Echa :)
Echa nggak akan pernah ngelupain kalian. We are best friend 4ever!

Jumat, 26 Juni 2009

Aku Bangga Jadi Teman Mereka


Aku tahu, aku bukan tipe orang yang suka menyendiri, tidak suka bergaul dan bisa melakukan semua hal tanpa bantuan. Karenanya aku ingin punya banyak teman untuk tempatku berbagi. Bagiku, teman adalah salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupanku.

Untuk saat ini, aku bangga punya tiga orang teman dekat yang bisa mengertiku. Semoga tidak keberatan ya, kusebutkan namanya. Sahabatku sejak kelas 2 SD, namanya Ara. Ia pintar menggambar, aku senang berada bersamanya. Ara adalah temanku yang baik hati dan senang membantu sesuai kemampuannya.

Aku merasa cocok berteman dengan Fani, cewek yang suka melucu dan mempunyai banyak kesamaan denganku. Ia bisa memahamiku, dan aku pun mencoba memahaminya. Kami punya jalan pikiran yang rumit dan sulit ditebak, terkadang hanya kami berdua yang bisa saling mengerti. Hahaha, jangan marah ya, Fan.

Intan adalah teman dekatku yang kuat. Secara fisik maupun mental. Ia bisa jadi pelindung yang baik bagi orang yang disayanginya. Aku dan Intan sering bercanda, meski harus diselingi sedikit cubitan, atau saling dorong sebentar. Hehehe.

Kami berempat... menurutku bisa dibilang kompak. Kami (tidak) selalu bersama, tapi kalau bersama ya, heboh gitu deh. Aku merasa cocok dan nyaman bersama mereka, entah perasaan mereka terhadapku. Aku mungkin pernah menyakiti mereka, dan aku ingin minta maaf untuk itu.

Perpisahan sekolah membuatku takut kehilangan mereka. Mereka adalah orang yang sangat berarti bagiku. Yah, kami memang harus berpisah untuk sementara waktu, sebab kami akan melanjutkan sekolah ke SMP yang berbeda. Namun semua kenanganku bersama Ara, Fani dan Intan akan selalu di hatiku.

Aku sayang kalian. Jangan lupakan aku, ya! Begitu pun denganku, aku tak mungkin melupakan kalian. Aku bersyukur bisa berteman dengan kalian. Maafkan segala salahku, ya. Semoga kita bisa bertemu kembali.

Salam sayang, Echa.

Aduh, rasanya kangen banget sama mereka. Echa, jangan nangis... jangan nangis... Kita kan, nggak akan berpisah selamanya!

Bayangan Maut


Kicau burung menyelamatkanku dari gelombang dan arus mimpi yang semalam menyeretku ke dalam lautan bawah sadar. Ketika kuteringat pada bunga tidurku, hatiku terkoyak. Sesuatu telah mencabik kedamaianku.

Mimpi itu mengisahkan kematianku. Ketika maut menjemput, tiada daya aku menolaknya. Sang Izroil pun memisahkan nyawaku dari raganya.
Aku tak mengerti ketika kulihat jasadku terbujur kaku di tempat tidur. Lalu kudengar seseorang mengetuk pintu kamarku dari luar. "Buka saja!" kataku. Namun ketukan pintu itu tidak berhenti, dan kusadari bahwa siapapun tak lagi dapat mendengar suaraku, orang yang sudah tak sealam lagi dengan mereka.

Akhirnya pintu kamarku terbuka. Aku tak mampu melihat ekspresi wajah ayahku. Perih hatiku, ayah menangis meraung memeluk jasadku. Ia tahu bahwa aku telah tiada. Ingin kuberitahu bahwa aku di sini, namun percuma. Tak akan ada yang melihat wujudku, atau mendengar suaraku. Aku sudah mati.

Kedua malaikat memengangiku di sisi kanan dan kiri. Aku sudah tak mampu menangis. Satu demi satu orang-orang pergi meninggalkan gundukan tanah merah tempat jasadku disatukan dengan bumi. Hingga akhirnya tinggal ayahku, bersimpuh sambil sedikit tersedu. Sama sepertiku, kehabisan air mata.

"Ayah, aku di sini. Meski kita tak bisa bersama lagi, tapi aku akan ada untukmu. Aku akan membantumu, aku akan melindungi adik-adik dengan segenap kemampuanku. Jangan bersedih, ayah. Aku tak ingin engkau tenggelam dalam derita. Maafkan aku, ayah, tapi aku harus kembali menghadap Sang Kuasa."

Kedua malaikat membawaku terbang meninggalkan pemakaman. Tak lama, aku sudah berada di ketinggian. Pemakaman hanya terlihat sebagai petak kecil dengan nisan-nisan bertebaran di bawah sana. Aku tak lagi melihat ayah, atau mungkin ia sudah kembali ke rumah.
Aku harus rela pergi menghadap-Nya. Meski meninggalkan pekerjaan bertumpuk bagi ayah, namun aku tak berdaya menghadapi kuasa-Nya. Jangan bersedih, ayah, jangan menangis, adik-adikku. Aku akan selalu di hati kalian.

Sorot mentari yang sudah tinggi kembali membawaku ke alam sadar. Kucubit keras-keras lenganku, lalu berteriak kesakitan. Ayah segera datang, kecemasan terbayang di wajahnya.
"Ayah, aku belum mati, bukan?" tanyaku perlahan.

"Kau ini bicara apa. Kau masih di dunia, belum saatnya kembali pada Yang Maha Esa. Ayo, segeralah bangun, bantu ayah dan awasi adik-adikmu," jawab ayah. Aku tahu banyak tugas menumpuk untuk kukerjakan. Namun saat ini aku tak berniat mengeluh. Aku bersyukur masih punya waktu hidup di dunia, dan aku akan menghabiskannya untuk mengabdi pada keluarga.

Ketika kuteringat pada mimpiku beberapa waktu yang lalu, yang membuatku bersyukur akan setiap hembus nafas yang memperpanjang usia.

Rabu, 24 Juni 2009

PERPISAHAN SEKOLAH


Hari ini, Rabu, 24 Juni 2009, adalah hari bersejarah bagiku. Mulai pukul 08.00 s/d 12.00 siang tadi, digelar acara wisuda, sekalian juga Perpisahan dan Tutup Tahun kelas VI SD Muhammadiyah Kauman yang bertempat di Gedung SMKI Yogyakarta. (Lagi-lagi), Echa ditunjuk sebagai wakil wisudawan-wisudawati untuk menyampaikan sambutan singkat. Bangga bercampur deg-degan rasanya:D

Waktu salam-salaman dengan guru, Echa sangat terharu, bahkan hampir nangis. Untunglah cengengnya lagi enggak kambuh. Tapi bener, lho, acara ini benar-benar menyentuh. Rasanya kayak nggak bakal ketemu lagi sampai kapan pun. Padahal kan, rumah Echa deket sama SD, jadi bisa ngunjungi sekolah plus ketemu guru kalo ada waktu luang.

Setelah acara selesai, Echa dan teman-teman Echa menyempatkan diri berfoto bersama. Ini akan jadi kenangan indah dan tak akan terlupa bagi kami. Yah, kita memang harus berpisah untuk sementara waktu, sebab kita akan melanjutkan sekolah ke SMP yang berbeda-beda.

Namun semua itu kan, demi masa depan cerah dan untuk menggapai cita-cita kita. Suatu saat nanti, Echa berharap kita dapat berkumpul kembali. Lagipula kan, ada buku kenang-kenangan yang mencantumkan alamat dan nomor telepon selurus siswa kelas VI. Jadi tetap bisa komunikasi.

Sedih sih emang sedih... tapi kita nggak boleh berlarut-larut dalam kesedihan itu, kan?? Kita harus kembali menjalani kehidupan kita, biar nggak jalan ditempat alias mogok... hehehe, kok jadi nggak nyambung.

GOOD BYE ALL, DON'T 4GET ME, BE THE BEST 4EVER AND GOOD LUCK WHEREVER!!

Sabtu, 20 Juni 2009

Hasil UASBN


Alhamdulillah, Ya Allah...
Kau buat senyum bapakku mengembang
kala menghadiri pengumuman
kelulusanku di sekolah siang ini...

Alhamdulillah, Ya Allah...
Berkat usahaku selama ini,
aku berhasil meraih NEM 28,65
dan menduduki peringkat 3
di sekolahku...

Alhamdulillah, Ya Allah...
Engkau masih menurunkan perasaan
syukur kepadaku,
sehingga aku terhindar dari
sifat kufur nikmat yang Kau benci...

Alhamdulillah, Ya Allah!

*Ini sekedar puisi asal-jadi-ku, hehehe :)
Hanya ini yang dapat menginspirasiku
untuk posting di blog :)
Jadi agak amburadul nih :D

;;