Sabtu, 09 Februari 2008

Banyak Simpang, Kota Tua: Melankolia


-sajak Dorothea Rosa Herliany-

1.
selalu, setiap perjalanan keluhkesah itu kau tak ingin sampai, di atas andong kau bertanya siapa di antara kita kusirnya kau tak ingin sampai, di setiap tikungan membaca arah angin dan namanama gang.
orangorang, selalu seperti memulai hari berangkat dan pulang, bergegas, dan entah siapa memburu dan siapa diburu. kita pun melangkah di antara perjalanan keluhkesah. dan selalu gagal membaca arah.

2.
ada yang selalu mengantarmu ke segenap arah, desa demi desa, tapi akhirnya kau hanya sendiri di atas catatan duka di deretan hari, mengapa selalu kau buka buku harian :sebab katamu, kenangan itu racun. hari ini aku melihat wajahmu seperti patungpatung gerabah di Kasongan. lalu hatiku tertawa, mengejek kenyataan hidup. sebab masa lalu itu racun, dan kita bersenangsenang atas kesedihan hari ini. maka, jika rindu, pulang saja ke hotel, dan gambarlah rumah dan hirukpikuk kotamu yang angkuh.

3.
kutunggu engkau di stasiun, beberapa jam usiaku hilang, kutunggu sepanjang rel dan bangkubangku yang bisu. kuingin Yogya, untuk seluruh waktu senggangmu, sebab hidup mesti dihitung dan setiap tetes keringat dan untuk itulah aku menanggalkan detik demi detik usiaku? kutunggu engkau di stasiun, hingga detik menjadi tahun.

4.
kukira Joan Sutherland dan Mozart dalam Die Zauberflote. tapi seorang perempuan kecil meminta sekeping uang logam, dan menyanyikan kesedihan yang membeku di matahari terik dan aspal membara, tak selesai, ya, memang tak pernah selesai. hanya mulutnya yang bergerakgerak di luar kaca dan suara mencekam Sutherland. Yogya semakin tua, dan dimanamana kudengar ceritacerita kesedihan. tapi di pasar Ngasem, engkau bisa membeli seekor burung yang tak henti berkicau, dan menjadi begitu pendiam saat kaubawa pulang.

5.
sebuah surat kutemukan di Malioboro, tampaknya seorang gadis telah patah hati, dan mencari kekasihnya di etalaseetalase dan di antara tumpukan barangbarang kaki lima, tak kutemu, di seluruh sudut kota ini pun tak ada bayangbayang kekasih itu. kutemukan surat itu, dan kukirimkan kembali entah ke mana, suatu hari kau menemuiku, dan membawa segenggam surat hitam: tak beralamat, tapi kau tak pernah membacanya, dan aku menulis kembali surat demi surat tak beralamat dan tak kukirim ke manapun.

6.
rindu kadang menyakitkan tapi apa yang disembunyikan kota lama ini? seseorang tak ingin pergi dan membangun sebuah rumahsiput. seseorang tak ingin pergi dan mencatat berderet peristiwa untuk menjadikannya hanya kenangan.

Yogya, 1999

0 Comments:

Post a Comment