Sabtu, 25 September 2010

MEMAKU SUBUH

Aku memakukan Subuh pada dinding jiwaku
Menggaungkan adzannya dalam rongga hatiku
Dan menyimpan sejuk suasananya pada kelopak mataku.

Aku memakukan Subuh dan asma Allah
Jauh dalam nurani, ingin aku berbisik sendiri
Membagi perasaan damai subuhku kepada Tuhan
Bahwa Subuh-Nya begitu kukagumi.

Aku memakukan Subuh dalam jernih gemericik sungai
Ketika arusnya menghantam bebatuan
Kurasakan dalam denyut nadiku
Ada Subuh mengalir tenang.

Aku ingin terus larut dalam Subuh-Mu yang menggetarkan
Lalu perlahan Kau membimbingku
Mengikuti irama Dzuhur, Asar dan Maghrib
Serta Isya’ di penghujung petang

Ketika rembulan sudah berlayar di langit
Usai kutunaikan serangkai lima kewajibanku
Mataku terpejam penuh kelegaan
Bunga tidur penuh kerinduan menyelimutiku
Rindu akan Subuh-Mu,
Kuterpaku di ambang malam.

Esok hari,
Aku memakukan Subuh pada dinding hati
Kusambut Subuh dengan senyum dan segenap kesucian diri.

Yogya, 22 Februari 2010
Aliyah Sekar Ayu

1 Comment:

  1. Arundaya Taufiq said...
    wuuiihhh bagus sekali puisinya. jadi terhanyut membacanya nih

Post a Comment