Senin, 14 Juli 2008
Lagi–lagi tatapan mata itu
menari–nari di hadapanku
seakan membayangi diriku
’tuk ucapkan kata rindu padamu
Bunda...
dalam keheningan malam
serta deras alir sungai penuh kebeningan
dan embun kabut yang selimutiku
selalu teringat saat–saat bahagia kita
dan kenangan yang masih membekas
tiada pernah pudar selamanya
dalam hatiku
Peluk hangatmu
yang terus baluri tubuhku
dengan doa penuh ketulusan
Kau berikan lagi
peluk hangat itu
Kau jalari lagi
peluk hangat itu
Pada tubuhku yang menggigil
kumal dan beradu dengan debu
Terimakasih, bunda.....
-21.01.2008-
Label: Puisi
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)